Tittle : Three In One
Cast : Miku Hikaru(OC), Kim Jongin and Oh Sehun
Rating : NC-21
Author : K-Writer
Peringatan keras bagi anda yang di bawah umur! Fanfic ini
mengandung unsur orang dewasa yang berlebihan! :3
---o0o---
“Hei,
Sehun? Kau lihat dia? God! She’s perfect!” Kai tak henti-hentinya
memandangi seorang gadis yang duduk bersama rekan-rekannya –rekan baru lebih
tepatnya–. Gadis itu berada di salah satu meja kantin, tak jauh dari Kai dan
Sehun terperangah.
“Baru
hari pertamanya sekolah di sini, ia sudah punya banyak penggemar. Dia bagaikan
malaikat yang turun dari langit. Ah! Sungguh cantik.” Sehun ikut menyetujui
ucapan sohib di sampingnya. Bahkan matanya belum berkedip sedari tadi.
Gadis
itu, Miku Hikaru. Gadis keturunan Negeri matahari terbit yang pindah ke Seoul
dan melanjutkan pendidikannya di SMA ini. Kulitnya yang putih bersih dan mulus
bagaikan porselen, rambut panjang berwarna coklat keemasan, hidung bangirnya,
manik mata indahnya, serta tubuh semampainya yang membuat beberapa pria
langsung jatuh hati saat pertama kali melihatnya. Well, She’s perfect! Itu juga terjadi pada Kai dan Sehun. Yeah,
mereka berdua masih pria normal yang pasti tergoda dengan tubuh Miku yang errr... seksi.
“Aku
harus mendapatkannya.” Batin Kai tersenyum miring. Ya, senyumannya itu juga
terkesan... pervert.
“Tidak
akan kubiarkan Kai mengambil jatahku lagi.” Sehun ikut mengumpat dalam hati. Ia
sedikit melirik ke arah Kai yang tersenyum misterius.
***
[Miku POV]
Hari ini
adalah hari pertamaku sekolah di Seoul. Ya, aku pindah dari Jepang dan
melanjutkan studiku di salah satu sekolah yang cukup ternama. Bagaimana tidak?
Sekolah ini sungguh memiliki fasilitas yang lengkap. Para siswanya juga ramah,
semuanya menyambutku hangat. Dan, aku tinggal di sini, di asrama sekolah.
Bukankah sudah kubilang jika sekolah ini memiliki fasilitas yang lengkap?
Malam ini
aku sibuk merapikan barang-barang bawaanku dari Jepang. Hanya dua koper
berukuran sedang dan besar yang isinya didominasi oleh pakaian. Berbeda dengan
asrama wanita yang lain, aku tinggal sendiri. Kata penjaga asrama, memang belum
ada siswi lain untuk satu kamar denganku. Oh sudahlah, bukankah bagus? Ranjang king size yang biasanya untuk dua orang,
menjadi milikku seutuhnya.
Aku
keluar dari kamar mandi dengan keadaan rambut yang dililitkan handuk –karena
masih basah– dan hanya mengenakan kaos
putih polos dan celana pendek selutut yang longgar. Yah, di sini cukup panas.
Barang-barangku hampir beres, tinggal setengah dari isi koper yang berukuran
sedang.
Tok~ Tok~
Aku
berjengit heran lalu menatap pintu kayu asrama yang berbunyi. Siapa yang datang
malam-malam begini?
[Kai POV]
Aku sudah
berada di ambang pintu asrama Miku Hiruka si siswi baru bak malaikat yang turun
dari kayangan. Aku menarik napas dalam-dalam, melayangkan tanganku di udara
bersiap untuk mengetuk pintu.
Tok~ Tok~
Butuh
waktu kurang dari satu menit orang yang di dalam sana menampakkan jati dirinya.
Perlahan pintu terbuka. Itu Miku yang... ah! menggunakan pakaian minim dengan
handuk di kepalanya. Semoga hidungku tidak berdarah saat ini. Pasti memalukan!
“Siapa?”
Miku menatapku dengan mata yang membulat. Pasti dia terkejut.
“Ah, aku
Kim Jongin. Panggil saja Kai. Aku siswa kelas tiga.” Sapaku berusaha akrab
dengan menyunggingkan senyum terbaik.
“Kenapa
ada di sini? Bukankah ini asrama wanita?” tanyanya masih bingung. Ia masih
setengah membuka pintu asrama. Takut aku bertindak macam-macam sepertinya.
“Uhm, aku
diperintahkan penjaga asrama untuk membantu membereskan barang-barangmu. Itu
sudah menjadi hal biasa di sekolah ini jika ada siswa baru.” Aku berbohong.
Hanya itulah alasan yang dapat kupergunakan. Jujur, jika aku ketahuan ada di
sini, tamatlah riwayatku.
Miku
masih nampak menimang-nimang sesuatu di otaknya. Mulutnya terkatup enggan
berbicara.
“Boleh
aku masuk?” aku menyela. Takut jika ia menolak kedatanganku.
“Hm, jika
itu alasannya, mari masuk.” Ujarnya ramah. Sedetik kemudian ia membuka pintu
selebar-lebarnya mempersilahkan aku masuk.
Aku
berjalan terlebih dahulu, sedangkan ia masih berada di ambang pintu untuk
menutupnya.
“Aku
pasti akan senang bersekolah di sini. Semua siswanya ramah, termasuk kau, Kai.”
Ujarnya. Aku menoleh memperhatikannya yang sekarang sibuk menaruh beberapa
pakaiannya di lemari yang tersedia. Aku masih melongo menatapi karya Tuhan di
hadapanku.
“Sebenarmya
aku sudah selesai beres-beres. Yah, tapi hitung-hitung kau sudah ingin berniat
baik menolongku, apa salahnya? Mungkin dengan ini kita bisa berteman.” Ia
berdiri. Memasukkan pakaian lainnya di bagian atas dalam lemari.
“Aku
tidak ingin berteman. Aku menginginkan lebih.” Aku membatin lalu beranjak
mendekatinya yang membelakangiku. Aku memeluknya dari belakang.
[Normal POV]
Kai
melingkarkan tangannya di pinggang langsing Miku. Memeluknya dengan erat tanpa
memperdulikan Miku yang masih terkejut. Bahkan pikiran wanita berumur 17 tahunan
itu amat kacau dan panik.
“Kai,
a-apa yang ingin kau lakukan?” Miku tergagap karena panik. Bahkan ada segaris
peluh dingin yang mengucur dari pelipisnya saat Kai menopang kepalanya di bahu
Miku.
“Aku
tidak ingin berteman. Aku ingin lebih.” Bisik Kai seduktif di indera
pendengaran Miku, Membuat si pendengar merinding karena nada bicaranya.
“Kai
jangan seperti ini. Aku bisa teri...” sebelum Miku melanjutkan perkataannya,
dengan cepat Kai memutar tubuh Miku dan menguncinya di tembok dengan kedua
tangannya. Tidak hanya itu, ia membungkam mulut mungil semerah cherry dengan bibir eksotisnya.
“Hmphh~”
suara Miku tertahan saat bibir Kai menyapu bibir bagian bawahnya. Ia memejamkan
matanya rapat-rapat tak berani, ia ingin meronta tapi tak bisa. Ia juga ingin
melawan, tapi kedua tangannya sudah terkunci di atas kepala. Terkunci karena tangan
kanan Kai yang mencekalnya.
Dari
sebuah sentuhan lembut di bibir, beralih ke sebuah lumatan yang menuntut. Miku
takut bukan main, sosok yang bahkan belum lima menit ia kenal, sungguh sangat
berbahaya.
“Kaa~”
mulut itu kembali terbungkam rapat. Tidak memberikan celah untuk Miku
berbicara. Tidak! Untuk bernapas saat inipun sulit. Ia hanya bisa melakukan
perlawanan –lemah– walau itu hal yang mustahil.
Miku
berusaha merapatkan mulutnya. Menahan daging tak bertulang milik Kai yang
sedari tadi sudah berontak ingin masuk. Itulah salah satu bentuk perlawanan
dari Miku yang masih belum bisa dipatahkan oleh Kai.
Tak
kehilangan akal, Kai menggigit bibir bawah Miku perlahan. Walaupun hanya
perlahan, membuat si pemilik sedikit memberikan ruang terbuka di mulutnya.
Kesempatan yang dimanfaatkan oleh Kai.
Lidah Kai
berhasil lolos. Mengabsen satu persatu gigi Miku yang tersusun rapi di
dalamnya. Meluluh lantahkan semua yang ada di dalamnya. Mengajak lawan daging
tak bertulang milik Kai yang masih enggan untuk bergerak.
“Eungh~”
desah Miku tertahan saat lidahnya ternyata tengah beradu dengan milik Kai.
Perlawanan terakhirnya sia-sia. Semua ini telah dimenangkan oleh Kai. Keringat
dingin semakin bercucuran mengingat tangan kiri Kai yang masih bebas melakukan
apa saja. Pria berkulit tan itu perlahan menelungkupkan tangannya di depan dada
kiri Miku yang... cukup besar.
Miku
sudah tak tahan, ia mengeluarkan semua desahannya. Handuk yang melilit
rambutnya terlepas, membuatnya tergerai berantakan sampai menghalang wajahnya
dan wajah Kai yang terus sibuk bercumbu. Aroma shampo strawberry miliknya bahkan masih tercium. Ikut memaksa masuk,
merangsang indera penciuman mereka berdua.
Tangan
kiri Kai sudah benar-benar tidak terkontrol. Dari sebuah sentuhan dan remasan
lembut dengan berhalangkan kain putih yang Miku kenakan, kini tangan nakalnya
sudah berani menelusup lewat bagian bawah kaos Miku. Menyentuh dan meremas
sesuatu yang ada di dalamnya lebih leluasa. Oh, jangan lupa! Kedua bibir mereka
belum berhenti menempel. Bahkan ini sudah terhitung hampir 10 menit. Mereka
belum mengambil oksigen. Bukankah orang akan mati jika 10 menit tidak menghirup
oksigen?
Kai
melepaskan bibirnya perlahan. Tangan kirinya sedikit berhenti melakukan sesuatu
di dalam sana, tangan kanannya masih fokus memegangi kedua lengan Miku. Ia
menatap wajah Miku lamat-lamat yang berantakan walaupun hal tersebut malah
menambah keseksiannya. Dilihatnya deru napas Miku yang terengah-engah seakan habis berlari marathon
10KM.
“Kaii...
ku-mo...honhh, hent... hmmphh~” Lagi, bibir Kai menyumpal mulut Miku yang ingin
bersuara. Oh, suara gadis itu sudah benar-benar mengenaskan. Bahkan belum 20
detik mereka menyudahinya, tapi dengan rakus Kai memulainya lagi. Memulainya
semua seperti dari awal. Mulut, tangan kanan, tangan kiri, semuanya sama
persis.
“Eungh~”
[Sehun POV]
Kulangkahkan
kaki perlahan menyusuri lorong asrama wanita. Ya, walaupun terkesan perlahan,
sungguh aku ingin buru-buru. Ingin cepat-cepat ke asrama milik permaisuriku.
Siapa lagi kalau bukan, Miku Hikaru.
Aku
terpaku sejenak saat tubuhku telah berada di ambang pintu asrama Miku yang
tertutup rapat. Bukan karena takut atau apa, hanya saja, aku mendengar... suara
desahan dari dalam sana. Oh, shit! Aku
kecolongan lagi dari si hitam itu.
Tanganku
perlahan melayang di udara untuk mencoba membuka pintu –memutar kenop pintu–. Ceroboh!
Tidak dikunci! Bagaimana jika penjaga asrama yang melihat adegan di dalam kamar
ini? Kalian bisa mati!
Aku masih
enggan untuk masuk. Masih mengintip si hitam Kai dan si cantik Miku yang
berduet panas. Aku melongo hampir meneteskan air liur. Mataku seakan berhenti
untuk bekerja, enggan berkedip. Permainan Kai memang kasar, tidakkah ia kasihan
dengan Miku yang terlalu memaksakan napsunya.
Oh, sial!
Bertambah lagi penderitaanku. Sesuatu di bawah sana –selangkangan– menegang.
Akan kukutuk kau Kai yang mengambil jatahku. Tidak bisa dibiarkan! Aku sudah
tidak tahan. Masa bodoh!
Kriettt~
Aku
membuka pintu menghasilkan suara decitan. Memberhentikan aksi panas Miku dan
Kai yang bersender di tembok. Aku memasang wajah datar, Kai memasang wajah
datarnya juga, sedangkan Miku memasang wajah... memelas, malu, takut dan
terkejut. Tentu.
“To..long..”
pinta Miku parau. Ia menatapku memohon. Oh, sungguh! Aku kasihan. Tapi ini
semuanya sudah terlanjur terjadi.
Aku
sedikit melirik ke arah Kai yang tersenyum sinis. Aku membalasnya dengan
senyuman miring dan berjalan mendekati mereka yang masih diam dalam posisi
mereka. Yah, kita ini adalah dua sejoli yang sangat akrab. Tidak heran aku bisa
membaca pikiran Kai dari sorot matanya.
[ Normal POV]
Sehun
berjalan mendekati Miku dan Kai yang terdiam. Semakin dekat dan mendekat.
Pandangan Sehun bertubrukan dengan tatapan memelas Miku. Miku menatap name tag di dada kiri Sehun, membuat ia
tahu nama pria berkulit kontras dengan Kai itu.
“Se-sehun,
ini tidak seperti yang kau pikirkan. Aku ti...” Miku menjelaskan dengan
tergagap. Belum usai, kini mulutnya kembali di bungkam. Tidak! Kali ini lain.
Bukan bibir Kai yang membungkamnya, melainkan bibir Sehun.
Miku
benar-benar tak habis pikir. Saraf-sarafnya benar-benar lemas seketika. Ia
sudah pasrah sekarang. Kai saja ia tidak bisa melawannya, dan sekarang pria
lain yang ia ketahui bernama Sehun juga bebas menjamahinya. Menikmati sentuhan
bibirnya.
Namun ini
berbeda, tidak seperti Kai, permainan Sehun lebih lembut walau juga sedikit
menuntut. Sedangkan Kai, ia sekarang beralih ke leher mulus Miku yang memang
sudah menggodanya. Menciuminya dan memberikan tanda di sana. Harus di ingat!
Tanda pertama di tubuh Miku adalah kepunyaan Kai, bukan Sehun.
Perlahan
tiga insan itu mulai beralih dari posisi mereka yang bertumpu pada tembok. Kini
mereka berdiri di tengah-tengah ruangan. Miku berada di tengah, Kai berada di
punggung Miku sembari asyik membuat beberapa tanda di leher belakang Miku, dan
Sehun yang saat ini tengah nikmat-nikmatnya berbagi saliva dengan Miku. Miku
benar-benar pasrah. Terserah kedua pria ini melakukan apalagi, ia sudah tidak
berontak. Ia membatini nasib mengenaskannya.
“Eungh~”
Desahan
itu kembali tercetus dari mulut Miku. Membuat kedua pria yang tengah menikmati
tubuhnya bertambah napsu dan rakus. Kedua telapak tangan Kai dengan cepat
merobek kain tipis yang Miku kenakan, membuat kaos itu tak berbentuk dan jatuh
di lantai, serta menampakkan tubuh mulus dengan kulit bersih yang membuat semua
mata pria mendelik hampir keluar –termasuk Kai dan Sehun–.
Kai
melepas pengait bra Miku tanpa mengalihkan fokusnya menciumi leher yang telah
penuh dengan bercak-bercak merah keunguan. Tangannya tanpa izin langsung
menyentuh dua gundukan besar kenyal itu, menyentuhnya, mengelusnya, bahkan
meremasnya. Memainkannya dengan gairah, membuat Miku mengerang geli dan melepas
tautan bibirnya sementara dari Sehun. Sehun mendengus.
“Kau
menggangu keasyikanku, Kai!” ujar Sehun sarkatis dengan mata memicing. Ia
kembali menatap wajah Miku yang mendongak berhiaskan peluh, matanya juga
terpejam.
Sehun
ikut nakal, kedua tangannya perlahan melingkar ke pinggang Miku, sedikit turun
sampai menyentuh bokong Miku yang masih terbalut celana pendek selutut. Sehun
tersenyum nakal seperti Kai, lalu dengan sigap mengecup tengkuk depan Miku saat
wanita itu mengangkat kepalanya tinggi-tinggi. Sekarang dua orang pria tengah
sibuk membuat tanda kepemilikan. Seperti tengah berlomba mengumpulkan skor.
Tanpa
disangka, sedari tadi lengan Miku telah mengalung sempurna di leher Sehun.
Seakan terhipnotis oleh rangsangan-rangsangan yang Sehun maupun Kai buat, kini
wanita berdarah Jepang itu sudah sedikit terbiasa. Ia mulai bisa ikut
menikmati. Permainan lembut Sehun yang membuatnya terhanyut, dan permainan
kasar Kai yang menuntut walau tak bisa dipungkiri juga itu nikmat.
Sehun
sedikit menurunkan kepalanya sampai berhadapan persis dengan nipple Miku yang tengah dipilin oleh
tangan Kai, ia berdecak kagum lalu ikut campur ke daerah Kai tersebut. Sehun
mengeluarkan tangannya dari celana Miku, beralih meremas payudara Miku,
sedangkan Kai yang memelintirnya perlahan.
Miku kembali
mendesah, entah nikmat atau apa, ia telah mendesah berkali-kali. Ia merasa
kedua nipple-nya mengeras. Oh, tidak!
Ada yang mengulum nipple kanannya
saat ini. Menghisapnya bagaikan bayi yang kehausan susu ibunya. Itu Sehun.
Miku kini
mengerang dengan tangan yang ia daratkan di kepala Sehun, menjambaknya perlahan
yang malah membuat Sehun lebih rakus, masih mempertahankan permainan halusnya.
Berbeda dengan Kai yang kini dengan agresifnya mencuri bibir Miku, menolehkan
kepala Miku dan membuat wajah mereka bertemu. Kembali mencumbuinya.
Kai
merasa panas, ia membuka bajunya yang sudah lepek dengan keringat. Menampakkan
perutnya yang mulai berbentuk. Menampilkan keseluruhan kulit eksotisnya. Sehun
masih dijambaki oleh Miku, ia beralih ke nipple
kiri Miku, melakukan hal yang sama.
Sementara
mulutnya sibuk, tangannya perlahan membuka satu persatu kancing seragam sekolah
yang memang tadi belum sempat ia ganti. Tidak melepaskan seutuhnya, membiarkan
pakaian itu masih menempel asal di tubuhnya.
“Aku
lelah berdiri.” Ujar Kai melepaskan tautan mautnya dari bibir Miku yang
memerah. Wanita itu terengah-engah dengan
dada yang naik-turun cepat. Tidak memperdulikan ucapan Kai dan lebih
memilih mengambil oksigen sebanyak-banyaknya. Takut-takut sehabis ini,
perlakuan kedua pria itu lebih menuntut.
Manik
mata Kai dan Sehun bertemu, seakan bertelepati lewat pemikiran masing-masing.
Mereka sama-sama menyeringai melihat tubuh atas Miku yang terekspos. Cukup lama
Kai dan Sehun bertatapan, kini Sehun menggendong tubuh Miku tanpa izin.
Menggendongnya ala bridal style.
“Kunci
pintunya untuk jaga-jaga. Mungkin akan lama.” Perintah Sehun membawa tubuh
lemas Miku ke atas ranjang. Kai mendengus saat mendengar perkataan Sehun yang
memerintah. Tapi tak dielakkan juga, ia harus menurutinya demi keamanan saat permainan.
Cklek~
Kai
mengunci pintu asrama Miku. Buru-buru ia berlari ke arah ranjang, mendapati
Sehun dengan permainan panasnya. Ia duduk di perut Miku, melumat bibirnya
dalam-dalam sembari memainkan nipple Miku
yang telah mengeras dan sedikit basah.
Terlihat
tangan Miku yang bergerak bebas mengoyak-oyak seragam Sehun tak berbentuk lagi.
Kai yang melihat hal tersebut mendesis sinis.
“Baru
ditinggal sebentar, sudah mengambil banyak kesempatan. Dasar!” umpatnya sembari
berjalan menuju ranjang yang di atasnya terdapat Sehun dan Miku yang bergulat
panas. Ia memperhatikan seksama bagian bawah Miku yang ternyata belum terjamah.
Kaki jenjang Miku menendang-nendang tak beraturan di udara.
Kai
mencengkram kaki Miku, menahannya lalu menciumi dan menjilati kulitnya
seduktif. Ia sedikit menaikkan celana selutut Miku, membuat paha mulus Miku
terlihat. Kai kembali menciuminya, membuat tanda-tanda di sana.
“Eungh~
ahh~ huh~ ahh~” Miku mendesah geli saat bagaian bawahnya dijamahi. Ia tidak tahu
apa yang dilakukan orang yang di bawah sana, pandangannya terus terpejam karena
ciuman Sehun yang tiada ampun. Tangan Miku beralih meremas seprei. Membuat
Sehun diberikan kesempatan untuk melepas seragam sekolahnya yang sudah urakan.
“Ku...
mohh-hon, Kaaihh... Se-hun...” Setitik bulir bening meluncur bebas keluar dari
kelopak mata Miku saat Sehun memberi jeda. Ia menangis dan memelas, agar dua
pria yang baru dikenalnya itu melepaskannya. Melihat hal tersebut, tatapan
Sehun berubah teduh, sedangkan Kai baru saja memberhentikan kegiatannya
menciumi bagian bawah tubuh Miku. Sehun sedikit beranjak dari perut Miku untuk
memberikan kebebasan, berpindah ke samping kanan Miku lalu melirik ke Kai.
“Aku tak tega, langsung saja ke inti.” Batin
Sehun menatap lamat-lamat sorot mata Kai. Kai mengangguk seakan mengerti. Ia
kini beralih ke samping kiri Miku. Miku masih terisak dan hanya bisa menutupi
dadanya yang terekspos tanpa sehelai benang.
“Maafkan
kami, Miku. Kami melakukan ini karena
mencintaimu.” Ujar Sehun lembut, sementara Kai hanya diam. Ia berusaha sekuat
tenaga untuk menahan hasratnya sesaat.
Lima
detik kemudian, Kai langsung menyerobot ke mulut mungil Miku yang sedikit
bergetar dengan tangan kanan sebagai tumpuan ke ranjang dan tangan kiri yang
memainkan tonjolan kiri dada Miku. Sehun-pun sama, posisinya tak ada yang
berbeda dari Kai. Hanya saja tangan kanannya lebih memilih untuk memilin nipple kanan Miku, menyentilnya perlahan
namun membuat Miku mengerang.
Kepala
Miku terus bergerak-gerak menghindari cumbuan. Di sisi kiri Kai sudah siap
membungkamnya, di sisi kanan Sehun sudah menanti bibir manisnya. Mereka
bercumbu secara bergantian. Tidak! Maksud Miku di sini ingin menghindari malah
tidak bisa. Kerja sama yang luar biasa antara Kai dan Sehun.
Bosan dengan
dada Miku, tangan kiri Kai mulai turun ke bawah, mengelus perut datar Miku
perlahan lalu berlanjut ke celana pendeknya. Menerobos masuk sampai membuat
Miku terhentak, terlebih lagi saat Kai mulai menggesek-gesekkan jari-jarinya di
bawah sana. Membuat kedua kaki Miku refleks merapat, menyulitkan pergerakan
tangan Kai di dalam sana.
Dengan
baiknya, Sehun membantu Kai. Tangannya yang tadi sibuk di dada Miku mulai turun
menahan kaki Miku, menariknya agar kembali terbuka lebar. Membuat Kai kembali
leluasa bermain di dalam sana.
Secara
bersamaan, kepala Kai dan Sehun ikut turun. Terus turun sembari memberikan
bekas walaupun sudah penuh di setiap jalannya, berhenti di dada Miku lalu
saling bertatap muka. Sedetik kemudian mereka sama-sama menciumi dada Miku. Seperti
sebelumnya, mengulum, menghisap, bahkan sampai menggigit nipple Miku lalu memainkannya dengan gigi-gigi mereka –memilin
dengan gigi–.
Miku
kembali menemukan kesadarannya, ia kembali ingin berontak. Namun na’as,
ternyata sedari tadi kedua tangannya telah terkunci. Tangan kanannya dicengkram
oleh tangan kiri Sehun dan tangan kirinya dicengkram oleh tangan kanan Kai.
Sangat kompak. Ia hanya bisa mengerang dan mendesah, serta meremas seprei.
Antara nikmat dan kesakitan.
“Ahhh~
ahhh~ eungh~ ahhh~ argghh!” mendesah, mengerang dan menjerit. Itulah yang
dilakukan Miku sedari tadi. Entah sejak kapan, ternyata tubuhnya saat ini
benar-benar telah terekspos sempurna. Semua pakaian telah dilucuti.
“Sehun,
ambil alih.” Perintah Kai setelah memainkan bagian paling intim milik Miku. Ia
bangkit dari pembaringannya, Sehun-pun begitu. Kai menduduki bagian bawah dada
–sedikit di atas perut– Miku, Sehun
sendiri sekarang berbaring persis di bagian intim Miku setelah membuka
selangkangannya.
Mereka
bertukar posisi untuk melancarkan permainan selanjutnya. Tak lupa tangan kanan
Kai kembali mengunci pergelangan tangan Miku, menaruhnya di atas kepala
ranjang.
“Miku,
tolong puaskan ini!” pinta Kai seduktif setelah membuka celana dan dalamannya,
mengocok beberapa kali alat vitalnya, menyelipkannya di antara belahan dada
Miku. Kai terlalu bernapsu dan brutal.
Mendengar
hal itu Miku terhenyak, apalagi setelah melihat alat vital Kai yang besar itu
menegang persis di depan mulutnya. Pikirannya seakan melayang, ia menggelng cepat
dan mengatupkan mulutnya rapat-rapat.
Kai
memberikan senyuman miring, ia sedikit menoleh ke belakang mendapati Sehun yang
masih mengamati lamat-lamat kepunyaan Miku. Dasar! Apa yang bocah itu lakukan?!
“Lakukan,
Sehun!” Perintah Kai lalu kembali lagi fokus menatap raut wajah Miku yang merah
padam.
Sehun
mendekatkan mulutnya ke alat intim Miku, menikmatinya perlahan, menciuminya,
menjilatinya, memberikan sensasi luar biasa ke tubuh Miku yang saat ini
menggelinjang hebat. Miku masih kukuh, masih menutup mulutnya rapat-rapat
bahkan untuk mengeluarkan sebuah desahan.
Bukan Kai
namanya kalau tidak bisa melakukan hal yang ia mau. Tangan kirinya yang bebas
melakukan apa saja kini mengarahkan dua buah payudara Miku untuk memberikan
kehangatan ke juniornya. Pelahan mulai mengesekkan sesuai ritme awal, bertempo
lambat.
Miku
bukan lagi menggigit bibir bawahnya, ia bahkan menggigit lidahnya. Ia merasakan
semua persendiannya melemas, ia ingin pingsan, namun bagaimana jika kedua pria
itu malah semakin menjadi atas ketidak sadarannya.
“Masih
bertahan?” ucap Kai dibuat-buat seseksi mungkin.
“Sehun,
selanjutnya!” deathglare mengerikan
milik seorang Kai ia berikan kepada Miku. Selanjutnya? Apa maksud perkataan
Kai?
Mendengar
perkataan itu Sehun mengangguk, menyudahi aktivitasnya yang membuat lubang itu
basah dan becek. Beralih memasukkan satu jari telunjuk ke lubang tersebut,
membuat si pemilik menggelinjang sangat hebat dan mengerang kesakitan.
“Arrgghh!”
Jleb~
Sukses!
Rencana Kai berhasil lagi. Alat vitalnya sudah berada di mulut Miku, wajah Miku
nampak lemas –hampir tak sadarkan diri– setelah merintih. Perlawanannya kembali
gagal, ia pasrah.
“Bagus,
sayang.” Kai berujar manja, menyibakkan rambut panjang Miku yang menghalangi
pandangannya, lalu mulai memaju-mundurkan tubuhnya. Begitu pula yang di bawah
–Sehun–, ia ikut memaju-mundurkan telunjuknya seirama. Bahkan, Sehun berniat
untuk menambahkannya.
Jleb~
“Hmmphh~”
mata Miku hampir mendelik keluar saat kembali merasakan ngilu di bagian
bawahnya. Ia tidak bisa berbuat apa-apa, mulutnya sudah menjadi bisu karena
benda milik Kai yang tanpa sadar sudah ia rasakan.
“Kai! Ini
kecil sekali, sangat sempit. Apakah karena baru berumur 17 tahun?” ujar Sehun
polos. Kai tidak memperdulikan ocehan Sehun, ia justru mempercepat pergerakan
junior yang ada di dalam mulut Miku dengan sesekali tangan kirinya menyentil
pelan nipple Miku.
“Lakukan
semaumu, Sehun. Pasti kau punya akal bukan?” celetuk Kai yang hanya mendapat
desisan kesal dari Sehun.
“Tenang,
sayang. Nanti pasti akan nikmat.” Kai beralih untuk membisikkan kata-kata manja
ke telinga Miku. Lagi-lagi saraf-saraf tubuh Miku menegang.
Di bawah,
Sehun sudah siap untuk menambah dengan jari manisnya. Nampak lubang milik Miku
itu berkedut saat jari ketiga Sehun masuk. Miku kembali bergelinjang hebat. Ia
basah.
“Aish...
cepat sekali, ini tidak akan asyik.” Pikir Sehun dalam hati. Ia langsung melepaskan ketiga jarinya, membuka
celananya sendiri dan menaruh paha Miku di atas pahanya yang terbuka lebar.
Mengambil ancang-ancang ke bagian inti.
“Akan
kulakukan perlahan. Karena kuyakin ini sangat sempit. Pasti Miku akan
menjerit.” tutur Sehun perlahan namun terdengar di telinga Kai setelah
memposisikan juniornya tepat ke lubang milik Miku yang sedikit terbuka dan
basah.
“Aku akan
mengurusnya, ahh~” pertama kali suara desahan seksi Kai terdengar. Pikirannya
melayang jauh, merasakan rasa nikmat setiap detiknya. Kai semakin mempercepat
gerakannya sampai mulut Miku kewalahan dan bergumul saliva.
Sehun
mulai beraksi, menyatukan tubuhnya perlahan ke tubuh Miku. Sehun mendengus
karena rasanya sulit sekali. Apakah karena punyanya yang terlalu besar? Atau
karena milik Miku yang terlalu sempit? Lalu bagaimana nanti dengan jatah Kai?
Oh, itu pasti akan lebih menyakitkan.
Miku
mengerang tertahan karena gerakan terlalu cepat dari Kai. Ia merasakan sesuatu
di bawah sana, yang lebih besar dari sebelumnya –jari-jari Sehun– mulai memaksa
untuk masuk. Mulai mendesak, menggesek, membuat nyeri bagian klitorisnya. Ia
merasakan tangan Kai mengusap peluh di keningnya. Oh, brengsek!
“Ah, ini
terlalu sempit.” Cerca Sehun kesal. Ia mengambil ancang-ancang lebih,
mencengkram paha mulus Miku kuat-kuat, lalu menyatukan tubuhnya yang baru masuk
setengah dengan satu hentakan.
“Arrghh!
Hmmphh~” rintihan Miku sedikit terdengar walau kemudian kembali tersamarkan.
Karena sebuah celah, air liurnya sedikit meluber. Menambah kesan seksi yang
menggoda Kai.
“Aku
mulai, Kai. Seirama!” kata Sehun mulai memaju-mudurkan miliknya yang telah
bersatu dengan milik Miku. Mendengar perkataan Sehun, Kai menurutinya,
memelankan tempo cepat yang sedari tadi ia pertahankan di mulut Miku. Membuat
keharmonisan gerakan, membuat Miku semakin merapatkan indera penglihatannya.
Menahan nyeri di bagian bawah, dan menahan rasa jijik di mulutnya.
Gerakan
dua sejoli itu sangat senada. Bergelut dengan aksinya masing-masing, tapi tidak
melupakan yang namanya kekompakkan. Gerakan Sehun yang tadinya kaku karena
sesaknya lubang milik Miku, kini sudah berjalan seperti biasa. Rasa sakit yang
Miku rasakan berangsur pergi, tergantikan dengan rasa nikmat yang memabukkan.
“Ahh~ a-ku...
hampir, Seh-hun.” Kai kini ikut mendesah tak beraturan, sedikit memutar
kepalanya ke belakang, mendapati aksi Sehun yang sedemikian brutal. Sehun
menggantungkan kedua kaki Miku di bahunya, menciumi kulit mulus itu lagi,
menimpa tanda kepemilikan milik Kai.
Gerakan
Kai melemas dan mengendur, seiring dengan tangan kanannya yang melonggar memegangi
pergelangan tangan Miku. Kesempatan yang dipergunakan Miku untuk mengeluarkan
penis Kai dan berusaha memuntahkan cairan menjijikkan yang memenuhi rongga
mulutnya.
“Hmmphh~”
antisipasi luar biasa dari seorang Kai. Ia langsung membungkam mulut Miku cepat
dengan bibirnya, menggagalkan aksi Miku, menutup akses keluarnya, menuntut Miku
agar mau menikmati cairan cintanya yang Kai anggap itu manis.
Cairan
itu sedikit merembes keluar dari sudut bibir Miku yang memang ada celah. Kai
menyapu cairan itu agar tidak terbuang sia-sia, seakan tak mau kehilangan
setetes kenikmatan yang keluar dari bagian intimnya.
Menuju
bawah, seorang Oh Sehun sudah memiliki permainan sendiri. Ia mempercepat
gerakannya dengan mata terpejam sembari mencumbui kaki jenjang Miku dan tangan
nakalnya yang mengelus perut bawah –hampir ke bagian intim Miku– dengan libido yang
memuncak. Kai bergeming saat cairan miliknya sudah habis –dibantu oleh Miku
tentunya–, menoleh ke belakang dan memberikan tatapan sebal. Karena ulah Sehun
yang membuat tubuh Miku tak berhenti menggelinjang, Kai sedikit kesusahan untuk
memfokuskan dirinya ke bibir Miku tadi.
“Yak,
Sehun! Bisakah sedikit pelan?!” racau Kai. Sehun tak memperdulikannya, seakan
tuli karena rasa nikmat yang ia buat sendiri.
Kai
mendengus lalu memperhatikan setiap lekuk tubuh Miku yang basah karena
keringat. Mata Miku sedikit terbuka sayup-sayup bercampur derai air mata,
napasnya sangat tak beraturan karena dorongan bertubi-tubi di bawah sana.
Miku
menggigit bibir bawahnya sekuat tenaga agar tidak mendesah, ia tahu bahwa suara
yang ia buat justru menambah rangsangan kedua pria jahat di tubuhnya. Yang ia
ingat, tangannya sudah tidak dicekal oleh Kai. Miku kembali ingin berontak,
tapi rasanya untuk menggerakkan lengan saja susah, pada akhirnya ia malah
meremas seprei kuat-kuat.
“Keluarkan
desahanmu, sayang. Jangan ditahan.” Bisik Kai seduktif persis di telinga kiri
Miku.
Miku
tidak memperdulikan lagi, ia tidak merinding karena lebih memilih menahan rasa
nyeri yang masih kentara di bagian bawah, yang ia yakini karena perbuatan
Sehun. Sedetik kemudian, Kai menggigit lembut telinga kiri Miku, mengemutnya
perlahan bagaikan permen, memberikan sensasi geli.
“Eungh~
ahhh~ ahhh~ eungh~ ahhh~” desahan kembali lolos dari mulut Miku. Tubuhnya
kembali melengkung tertahan saat merasakan dua sensasi sekaligus, seluruh
tubuhnya kini merasakan sesuatu yang belum pernah ia bayangkan.
“Arrgghh!”
Miku memekik. Ia merasa sesuatu benda panjang milik Sehun telah berhasil masuk
ke bagian terdalam miliknya. Dorongan Sehun saat ini kadang kala cepat, kadang
kala lambat, seakan mempermainkan Miku. Membuat Miku tanpa sadar meraih
punggung Kai, memeluk Kai yang membuat dadanya berdesakkan dengan dada bidang
pria seksi tersebut. Kai menyeringai.
“Bagus,
lakukan sesukamu, sayang.” Kai kembali berbisik manja. Ia mendapat ide lain.
Perlahan alat vitalnya yang menegang dan twinsball-nya
yang mengerut ia gesekkan di bagian perut Miku. Membuat twinsball-nya tambah terangsang, begitupula dengan penisnya yang
kembali sedikit terselip di dua gundukan milik Miku.
“Ahh~
ahhh~ huh~ hahhh~” Sehun mendesah hebat dengan kepala yang ia dongakkan
tinggi-tinggi. Menahan rasa nikmat yang akan bertambah sempurna apabila sesuatu
dari kepunyaannya keluar.
“Sudah
ingin keluar?” sela Kai melirik ke belakang. Terlihat Sehun menggangguk antara
sadar dan tak sadar. Tubuh Sehun dipenuhi peluh yang membuatnya juga bertambah
menggoda seperti Kai.
“Berikan
kepada Miku. Ia nampak haus.” Pinta Kai ambigu.
Kai
beranjak dari posisinya yang menindih tubuh Miku, membuat Miku melepaskan
rengkuhannya. Sehun yang mengerti maksud dari temannya, langsung melepas
hubungan antara dirinya dan Miku, berganti menduduki perut Miku dengan mengocok
alat vitalnya cepat, lalu memasukkannya tanpa izin ke mulut Miku yang terbuka
karena wanita itu sedari tadi juga bernapas lewat mulut. Miku kembali tersentak
ke belakang.
Untuk
kedua kalinya, cairan menjijikkan yang kali ini milik Sehun memenuhi rongga
mulut Miku. Wanita bersurai panjang itu merasakan lagi gairah terpendam dari
dalam dirinya. Ia sudah terbiasa dan mulai terlatih. Ia telah terhipnotis akan kenikmatan
yang menguasai jalan pikirnya.
“Hmmphh~”
Miku mengulum bagian tubuh Sehun yang menegang, memaju-mundurkan mulutnya
sekedar untuk menyapu bersih sperma Sehun yang meluber sampai ke pangkal.
Bahkan dengan berani, saat ini tangan Miku ikut memainkan twinsball Sehun. Sehun mendongak merasakan kuluman, lumatan dan
hisapan Miku setiap detiknya.
“Ckck...
kenapa dengan Sehun kau sangat agresif, huh?!” Kai membatin sebal di tepi
ranjang –diam sambil menatapi adegan di depannya–. Menatap dua insan yang tengah
bergulat panas satu sama lain. Ia melihat ke bawah, memperhatikan bagian
tubuhnya yang menegang sia-sia.
Tatapan
Kai beralih ke tubuh bawah Miku yang polos dibiarkan. Ia tersenyum nyinyir lalu
mulai merangkak mendekati kaki jenjang Miku yang tidak bisa diam.
Kai
memegang kaki Miku, membukanya selebar yang ia bisa dengan satu tangan dan
kakinya. Jari-jari Kai mulai jahil, bermain dengan organ sensitif terluar milik
Miku yang sudah sangat basah dan becek. Ia menggesekkan jarinya kasar di bagian
klitoris, memasukkan jarinya perlahan, memutarnya saat berada di dalam.
Mengeluarkannya lagi, menambah dengan jarinya yang lain, lalu mengocok cepat.
Kaki Miku
menurut untuk tidak berontak –walaupun juga sedikit bergetar–, seakan tahu
bahwa orang yang di bawah sana sedang gencar-gencarnya menjamahi tubuh dalam
miliknya. Ia sudah terlarut dalam permainan panas ini. Tidak ada pilihan selain
mengikuti gairah besar kedua pria ini.
“Ahhh~
ma-afkan kami, Miku.” Sehun mendesah tertahan saat lidah Miku mulai bermain dengan
puncak alat vitalnya, setelah menghabiskan carian Sehun seorang diri. Menelusup
ingin masuk ke akses kecil yang sangat mustahil untuk dilakukan.
Mengingat bahwa kedua tangan Sehun tidak
melakukan apa-apa, pria itu segera mengarahkan tangannya ke payudara Miku yang
sudah naik-turun tak karuan. Sehun memilin, memelintir, menyentil, menekan,
bahkan menarik nipple Miku lembut
walau terkesan agresif. Miku merasakan rangsangan hebat di dadanya.
“Bisakah
kita berubah?” celetuk Kai tiba-tiba setelah menjilati jari-jarinya seusai
masuk di lubang milik Miku. Sehun hanya menanggapi sebuah lanturan tak jelas
walau sedetik kemudian menyuruh agar Miku memberhentikan kulumannya.
Sehun
beranjak ke samping tubuh Miku yang terbaring beserta keringat. Tubuh polos itu
begitu erotis dan sangat menggoda. Membuat Kai dan Sehun ingin melahapnya tak
tersisa. Miku sudah tidak memperdulikan lagi tatapan-tatapan penuh gairah dari
pria yang berhasil menjamahinya. Ia lebih memilih mengambil oksigen
sebanyak-banyaknya untuk pasokan permainan berikutnya.
“Kau
punya rencana?” Sehun sedikit menoleh ke arah Kai yang masih memandangi setiap
lekuk tubuh Miku dengan pervert.
“Tentu.
Sepertinya Miku sudah mulai terbiasa.” Kai membalas, lalu mendekatkan mulutnya
ke indera pendengaran Miku. Ia tahu bahwa Miku sedang kacau dan tidak fokus.
“Miku...”
bisik Kai manja.
“Kau lelah
menahan beban kami berdua?”
“Bisakah
kau turun ke bawah dan menungging?” bisikan tersebut hanya seperti udara hangat
yang masuk melalui telinga kiri Miku dan keluar melalui telinga kanannya. Ia
masih belum sadar sepenuhnya, tapi entah mengapa ia merasa kepalanya mengangguk
tanpa perintahnya.
Kai dan
Sehun yang melihat hal tersebut sama-sama menyeringai –terlebih untuk Kai–.
Dengan perlahan, pria berkulit eksotis itu menuntun tubuh Miku agar turun dari
ranjang karena ia paham betul bahwa keadaan wanita Jepang itu sangat lemas,
terlihat dari tubuhnya yang bergetar.
Kai
memposisikan tubuh Miku menungging menghadap ke ranjang yang di tepian depannya
sudah didiami oleh Sehun yang duduk tenang sedikit mengangkang, memperlihatkan
bagian tubuhnya yang menegang dan mengeras.
Miku
sudah tidak terkejut, ia memilih untuk terus menetralkan napasnya dan tak
melawan saat Kai yang berada di belakang sedang menggerak-gerakkan kaki maupun
pinggulnya, mencari posisi yang nyaman.
“Ahh~”
Miku sudah benar-benar kehabisan tenaga. Bahkan tangan untuk menopang tubuhnya,
lemas tiba-tiba dan hampir membuat kepalanya jatuh ke lantai, namun dihalau
dengan cepat oleh Sehun. Sehun menarik tubuh Miku lebih dekat –membuat Kai juga
agak memajukan posisinya–.
“Bermainlah
sepuasnya.” Sehun meniru cara Kai untuk menggoda telinga Miku. Bahkan suaranya
lebih mengoda di gendang telinga Miku.
Kali ini
Miku paham maksud Sehun, ia sedikit mendongak dengan mata sayunya, membuat
mereka saling berkontakkan pandangan. Sehun tersenyum jahil, membuat Miku
mengalihkan pandangan ke dada bidang Sehun yang di kiri-kanannya terdapat
tonjolan kecil menggemaskan seperti miliknya. Miku menenggak salivanya kasar. Lengannya
kini berada di dekapan tangan Sehun, bertopang agar tidak jatuh.
Kai bosan
menunggu, apalagi untuk memperhatikan adegan drama di depannya. Ugh! Sial. Miku
sangat terlena akan pesona Sehun, membuatnya sedikit naik pitam dan langsung
memasukkan ketiga jarinya sekaligus ke daerah kewanitaan Miku yang entah telah
orgasme berapa kali. Sangat basah.
“Arghh!
hmpphh~” sebelum Miku menjerit karena serangan tiba-tiba dari Kai, Sehun
menutup mulut yang membengkak itu dengan bibir tipis miliknya. Entah sudah berapa
lumatan ganas yang membuat bibir merah itu membengkak, Sehun senang sekaligus
iba.
“Kai,
perlahan. Kau tidak kasihan? Berikanlah sedikit kebebasan ke Miku.” Sehun
melepas lumatan sesaatnya yang ia lakukan hanya itu menahan rintihan Miku. Ia
menatap Kai geram karena sejolinya itu tak menggubrisnya.
Kai sibuk
dengan ketiga jarinya yang kembali asyik menjelajah di dalam, mencari bagian
paling hangat di tubuh Miku. Tangan kirinya juga tak kalah nakal, ia mengelus,
meremas bahkan menampar pelan bokong Miku.
Sehun tak
tega. Wajah Miku yang didominasi oleh peluh itu nampak menahan sakit. Kepala
Miku saat ini tenggelam di dada kanan atas milik Sehun, mulut Miku sedikit
terbuka karena kocokan dan putaran yang dibuat Kai. Miku mencakar punggung
putih Sehun. Tak sakit, itu malah membuat Sehun semakin iba.
“Nikmati
tubuhku, Miku. Jangan pikirkan Kai.” Sehun mengalah walaupun seperti pernyataan
ambigu yang menggoda. Tangan kekarnya mengarahkan satu tangan Miku untuk
memegang penisnya, sedangkan satu tangan yang lain ia posisikan ke puncak
kepalanya sendiri, mengajarkan jari lentik Miku untuk menjambak rambut
pirangnya.
Miku
sudah tidak waras. Ia mengikuti semua aturan main Sehun. Ia meremas rambut
Sehun penuh gairah, mulai mengocok dan memijat penis Sehun dengan tempo
perlahan dan sesekali memainkan twinsball-nya
seduktif.
Gadis 17
tahunan itu benar-benar melalukannya, menuruti perintah Sehun untuk menikmati
tubuhnya. Ia menggigiti nipple coklat
sebelah kanan milik Sehun, menghisap dan mengecupnya menimbulkan sebuah decakan
singkat. Sehun kegelian sekaligus nikmat. Ia berhasil mengalihkan perhatian
Miku dari perlakuan Kai.
Jari-jari
Kai keluar dengan basah dan lengket, ia menjilati jari-jarinya sendiri. Setelah
dirasa bersih, Kai bermain lagi. Kedua telapak tangannya meremas payudara Miku
dari belakang yang memang dibiarkan. Menyelipkan nipple Miku di antara jari telunjuk dan jari tengahnya, lalu
berputar berlawanan arah dengan sedikit tekanan. Miku berada di antara
kenikmatan yang luar biasa.
Kai mulai
menggesekkan benda panjang yang telah mengeras itu persis di daerah lipatan
terluar milik Miku. Memberikan sensasi lebih agar libido Miku memuncak. Miku
ingin meronta kegirangan. Ia baru pertama kalinya merasakan hawa panas yang
merangsang setiap titik sensitif miliknya.
Miku juga
tak tinggal diam. Ia mengulum nipple kiri
Sehun yang mengeras sama seperti kembarannya, tangan yang sedari tadi mengocok
bertambah cepat, sedangkan tangan yang satunya yang sedari tadi menjambak
rambut Sehun jusrtu beralih ke nipple kanan
Sehun yang telah ia gerogoti.
Ketiga
orang itu benar-benar sudah dibutakan oleh hawa napsu. Menciptakan dunia mereka
sendiri. Sehun tak tahan mendiamkan kedua tangan yang menopang tubuhnya agak
condong ke belakang karena tubuh Miku. Ia duduk tegap dan mulai ikut
mengerayangi dua gundukan milik Miku yang sedang dimanja oleh Kai. Sekarang
empat tangan yang memanjakannya.
Miku
sudah bisa mendesah bebas merasakan nyeri di bagian dadanya. Seakan dadanya
terbelah menjadi dua. Ia berhenti mengecupi nipple
Sehun, menggigit bibir bawahnya saat melihat tangan yang mengocok organ
milik Sehun itu berkedut.
“Ahhh~
a-ku... a-kan.. ahhh~ ke-luarhh~” Desah Sehun tak terkontrol. Miku semakin
cepat mengocok, sampai sebuah desiran di telinganya kembali ia rasakan.
“Dorong
Sehun perlahan. Berhenti mengocoknya dan tutup jalan tersebut. Apakah kau tidak
ingin mengerjainya juga?” Kai kembali berbisik dengan seringaian iblis. Miku
sempat berpikir ragu saat menatap wajah Sehun yang juga berhiaskan peluh seksi
tak terkendali. Ia juga ingin mengerjai sosok Sehun.
Miku
hanya menurut saja. Ia mendorong perlahan tubuh Sehun, membuat tubuh putih susu
itu berbaring di atas ranjang dengan tubuh atas Miku yang juga ikut naik,
sementara tubuh bawahnya masih menggantung karena dinikmati oleh Kai. Ia
berhenti mengocok junior Sehun, lalu menutupnya dengan satu jari telunjuk agar
akses itu tertutup.
“Ahhh~
janghh~ anhh... di-tu-tuphh~” Sehun menggeliat hebat dengan meremas seprei.
Mendesah tertahan seakan ingin protes, tapi tubuhnya menjadi kaku karena
satu-satunya akses itu ditutup oleh Miku dengan jarinya. Apalagi saat ini
tangan lain Miku juga ikut nakal menjamahi perut rata Sehun, lidahnya menjilati
pusar Sehun secara memutar.
Miku
terkikik kecil dalam hati melihat reaksi Sehun. Ternyata ia bisa membalaskan
dendamnya sedikit. Tapi ia kembali teringat, Sehun sempat memberikannya
kesempatan tadi, ia menjadi luluh. Lagipula Sehun juga tidak terlalu kasar. Ia
merasa bodoh mengikuti hasutan Kai. Menatap wajah yang Miku anggap tampan itu
tengah meracau.
Sehun
melenguh lega saat sperma miliknya sudah berhasil keluar. Miku membuka akses
tersebut, lalu dengan cepat menampung dengan mulutnya. Ia sudah belajar dari
pengalaman walau masih kerepotan. Milik Sehun sedikit tumpah sampai mengucur ke
pangkal dan twinsball Sehun.
Sehun
tersengal-sengal dengan sedikit bergidik karena ia merasa gigi-gigi Miku mulai
memijat kejantanannya. Miku masih berusaha untuk menghabiskan semuanya seorang
diri walau dirasa sulit.
“Ish...
aku mulai saja sekarang. Aku sudah tak tahan.” Pikir Kai melihat Miku yang
sudah mulai agresif dan menikmati. Ia bosan dengan gesekan bagian luar. Ia
ingin membuat Miku kembali kacau.
Jleb~
Satu
hentakan tersebut membuat Miku terbelalak kaget. Nyeri ini dua kali lipat dari
milik Sehun. Sifat kasar Kai memaksanya untuk menjadi wanita gila. Sehun
berjengit sedikit merintih karena ia merasa juniornya digigit kuat oleh Miku.
Salahkan Kai! Itu karena perbuatan senonohnya yang membuat jantung dan
saraf-saraf Miku menegang ngilu secara tiba-tiba.
Satu
dorongan, dua dorongan, tiga dorongan dan seterusnya yang Kai berikan membuat
Miku mengerang kesakitan dan melepaskan kulumannya dari alat vital Sehun yang
juga sedikit ngilu. Sehun terus berusaha menetralkan napasnya, Miku hanya bisa
mengerang, dan Kai yang tersenyum puas menikmati permainan yang dengan sekejap
menjadi miliknya. Rasakan! Seorang Kai tentu lebih agresif apalagi menyangkut
tentang bagian bawah tersebut.
“Eungh~
akhh.. huhh~ akhh~ ahhh~ ahhh~” rintihan,
erangan, desahan sudah bercampur. Derit ranjang ikut menyelaraskan bunyi-bunyi
panas dari ketiga insan tersebut.
Junior
Sehun mulai mengendur pelahan, membuat Miku tak segera membiarkan itu terjadi
walau disela-sela aksi bengis yang Kai lakukan padanya. Miku menjilat pangkal
Sehun dari samping –karena kepalanya terkulai lemas maju-mundur di paha kanan
Sehun–, walau sedikit sulit karena kepalanya yang bergerak tak beraturan.
Terkadang ia meringis saat milik Kai masuk lebih dalam.
Kai
merasa sangat sesak. Bukankah tadi sudah dicoba dengan milik Sehun dan
jari-jarinya? Kenapa rasanya masih sempit? Oh, sudahlah. Jujur Kai lebih senang
yang seperti ini. Menurutnya ini lebih menantang. Penisnya seakan dipijat dan
diurut dengan handal. Memberi sensasi yang akan ia ingat terus menerus beberapa
minggu ini.
Miku
kurang menyukai perlakuan kasar Kai, ia lebih memilih perlakuan Sehun yang
terkadang membuatnya melayang. Ditatapnya tak tega wajah Sehun yang masih
memerah karena ulahnya tadi, ia harus berusaha menaikkan libido seorang Oh
Sehun.
Mulai
dari pangkal sampai puncak teratas terus Miku sesapi. Sedikit berhenti di
bagian puncak lalu menusuk-nusukkan lidahnya persis di jalan Sehun seakan ingin
masuk, memutari jalan itu, lalu memasuk seluruh rongga mulutnya ke benda yang
kembali menegang tersebut.
Miku
yakin Sehun akan terangsang. Ia hanya fokus menaikkan libido Sehun, tidak
memperdulikan apa yang dilakukan Kai. Walau perlakuan Kai semakin membuatnya
meringis perih.
“Ahh~ kau
menantangku, sayang.” Kai mengelus bokong seksi Miku, lalu tangannya
masing-masing mulai beralih ke pinggang Miku. Ia tersenyum iblis lalu terdiam.
Sedetik kemudian ia menarik pinggang Miku ke arahnya secara kasar, membuat
tubuh mereka yang bersatu benar-benar serasa tidak bisa di lepas. Miku terkisap
lalu melepas kulumannya lalu menjerit. Hentakan yang terlalu keras.
“Arrgghh!”
jerit Miku tertahan. Ia menggigit bibir bawahnya kuat-kuat sampai sedikit
mengeluarkan darah. Kai tidak peduli, ia terus melakukan itu berulang kali.
Mengesampingkan hati nuraninya yang telah membatu.
“Yak!
Kai! kau gila?!” Sehun sudah sedikit sadar lalu beranjak dari pembaringannya
–menopang tubuhnya dengan tangan–. Kembali menatap melas wajah Miku yang dua
kali lipat lebih menyedihkan dari yang tadi. Bahkan kaki Miku saat ini sudah
tidak bertumpu di lantai, kaki Miku saat ini mengitari pinggul Kai. Tubuh
ramping itu kembali bergetar hebat.
Inilah
yang Sehun benci dari seorang Kai saat bermain. Kai terlalu rakus, keras dan kasar.
Kai tidak akan menyudahi sebelum semua hasratnya dipenuhi. Tidak ada yang bisa
melawan hasrat seorang Kai termasuk Sehun.
Sehun
berpikir, pasti sesudah ini Miku akan benar-benar tidak bisa berjalan. Tatapan
memelas itu perlahan kembali berubah menjadi tatapan hendak menerkam. Saat ini
Sehun melihat payudara Miku yang besar terhimpit oleh paha bawahnya, ditambah
gerakan maju-mundur sekali hentak yang berasal dari Kai, membuat napsu Sehun
juga kalap.
“Kai... double?” ujaran itu sedikit membuat
pergerakan Kai terhenti dengan deru napas yang tidak beraturan. Jika deru napas
Kai tidak beraturan, coba bayangkan bagimana napas Miku? Seperti orang sekarat.
“Tunggu,
Sehun. Biarkan aku mengeluarkan yang di sini dulu.” Jawab Kai dengan napas
berderu.
“Lakukan
dengan cepat.” Sela Sehun langsung beranjak ke pinggir ranjang. Kai tidak
mengangguk, tapi ia sedikit mengangkat tubuh Miku yang gemetar menuju ke tengah
ranjang. Membalikkan kasar tubuh Miku tanpa melepas hubungan panasnya. Ternyata
Miku orgasme lagi. Membuat cairan milik Miku sedikit tumpah ke seprei.
Miku
masih dalam kondisi meraup oksigen, namun usahanya itu mulai memudar seiring
genjotan Kai yang kembali ia rasakan. Lambat dan halus, membuat Miku melayang
sementara.
“Lakukan
dengan cepat, Kai!” perintah Sehun menatap Kai yang memejamkan matanya nikmat.
Ia mendengus kasar lalu berbaring dan memposisikan kepalanya persis di pusar
Miku karena bosan. Mulai menjilati pusar itu secara memutar seperti tingkah
Miku yang ia pelajari tadi.
Kelembutan
itu hanya berlangsung kurang dari satu menit, sesudahnya dorongan Kai kembali
kasar, keras, brutal dan penuh napsu. Membuat tangan Miku mencari sesuatu untuk
diremas. Ya, dia mendapatkan rambut Sehun di perutnya.
Kocokan
itu semakin ganas dan cepat tanpa ada jeda, membuat tiga bunyi yang
berkesinambungan, yakni decitan ranjang, decakan dua kulit bawah Miku dan Kai,
serta lenguhan seksi keduanya. Sehun hanya bisa menengahi dengan terus
menjilati bagian perut sampai dada Miku.
Pria
bermarga Oh itu juga memberikan jari-jari kirinya agar dikulum Miku. Mengurangi
rasa ngilu yang sudah pasti tercipta di tubuh ramping itu. Miku-pun patuh
karena itulah satu-satunya yang memang bisa mengurangi rasa aneh yang mengocok
perutnya, memporak-porandakan sesuatu di dalamnya.
“Akkhh~
sedikit la-gi... akhhh!” akhirnya Kai mengeluarkan tanda-tandanya. Itu langsung
disambut senang oleh Sehun karena penantiannya terbayar.
Sperma
Kai keluar tanpa henti. Kai tidak bergerak, membiarkan cairan itu memenuhi
rahim Miku. Menghangatkan Miku dan juga dirinya yang sama-sama
tersengal-sengal. Miku sedikit khawatir. Bagaimana jika ia hamil?
“Kai...”
ucap Sehun yang hanya ditanggapi deheman oleh Kai.
“Itu...
berdarah,” lanjut Kai memperhatikan sesuatu cairan lain keluar dari sana. Kai
merobek selaput yang ada di rahim Miku pasti. Merebut keperawanannya sempurna.
Kai mulai
bergeming dan mencabut tubuhnya dari tubuh Miku. Kedua cairan itu bercampur
menjadi satu, membuat Kai berinisiatif untuk menyekanya dengan kain seprei.
“Hah~
hahh~ hahhh~ su-dahkah?” tanya Miku masih mengatur napasnya. Akhirnya ia bisa
berbicara. Rasanya ingin pingsan sekarang juga. Permainan yang sangat liar.
Kai dan
Sehun melirik satu sama lain, sama-sama memberikan seringaian miring penuh
arti. Mereka berdua diam tidak menjawab pertanyaan Miku. Permainan lainnya baru
akan dimulai. Permainan kali ini mungkin benar-benar akan membuat Miku kacau.
Jadi,
KaiHun memberikan waktu rehat sejenak bagi gadis cantik yang terkulai lemas di
hadapan mereka. Tubuhnya sudah berhiaskan peluh yang menambah kesan erotis dan
vulgar. Kedua pria itu kembali ingin melahap tubuh rentang Miku.
Sret~
Tubuh
Miku dibopong paksa oleh Sehun, membawanya turun ke ranjang dan menaruh tubuh
rampingnya di meja pendek yang ada pojok ruangan ini –tingginya hanya sebatas
pinggul Sehun–. Miku didudukkan di sana, ia bersender di tembok masih mengambil
napas karena lelah. Matanya sedikit terbuka untuk melihat apa yang akan
dilakukan oleh Kai dan Sehun. Ia pasrah. Untuk bernapas saja rasanya sulit.
Nampak
Kai dan Sehun semakin mengikis celah yang berada di antara ketiganya. Miku
masih belum sadar dan mengerti betul, yang ia rasakan saat ini adalah kakinya
terbuka sangat lebar.
“Double?”
Jleb~
Jleb~
Sungguh!
Ini adalah hal di luar nalar. Dari sekian perlakuan yang Miku rasakan, inilah
yang paling menyakitkan. Ngilu dan nyeri menjadi satu, perih yang luar biasa
menghujam bagian bawah perutnya bertubi-tubi. Ia menangis, terisak dalam
kesakitan. Ia meronta dalam kebisuan, ia kehabisan tenaga dan kata-kata.
Penis Kai
dan Sehun keluar masuk secara bergantian. Gerakan kompleks seirama yang
mengarah kepada kesenangan duniawi. Ego dan kerjasama yang mengerikan dari Kai
dan Sehun. Mereka seperti iblis yang terperangkap dalam tubuh manusia sempurna.
Miku
sudah tidak mendesah, suaranya habis. Ia menangis tiada henti merasakan kedua
organ milik kedua pria yang menguasainya masuk bersamaan, namun dengan gerakan
yang berlawanan. Sungguh! Rasanya tubuhnya terbelah menjadi dua.
KaiHun
mulai melancarkan aksi bengis lainnya. Secara bersamaan mencumbu bibir Miku
yang memerah dan membengkak. Membuat ketiga bibir mereka justru bertaut dan
beradu. Tidak peduli itu lidah milik siapa, mereka bertiga sama-sama
menikmatinya, kecuali Miku yang mengenaskan.
Tangan-tangan
Kai dan Sehun mulai meraba-raba ke sekujur lekuk tubuh Miku yang bergerak
seirama dengan dorongan yang mereka buat.
Payudara
Miku kembali bergerak naik dan turun secara cepat, membuat KaiHun tentu tidak
bisa membiarkannya. Menekan kuat payudara tersebut, memelintir kasar nipple Miku, menarik tonjolan kecoklatan
itu dengan cepat dan berkali-kali. Membuat Miku benar-benar tidak waras.
Beralih
ke lekuk tubuh yang lain, perut datar itu dielus lembut oleh tangan Sehun,
menuju ke pusar Miku dan menyentuhnya dengan gerakan memutar yang sangat
merangsang. Bokong Miku ditekan kuat oleh tangan lain Kai, memberi sengatan
listrik yang mungkin membuat Miku merajuk tak jelas dalam hatinya.
Permainan
liar dan gila itu terus berlanjut. Tidak ada tanda-tanda untuk berhenti kecuali
Kai dan Sehun sudah berada dipuncak. Adegan panas di luar akal sehat yang
begitu bergairah.
“Ahh~ aku
sepertihh-nya a-kan ke-luarhh, Hun. Akhhh~” Kai mendesah di sela-sela lumatan
bibir mereka bertiga.
“Ahh~ huhh~
a-ku.. juga.” Balas Sehun tanpa mengalihkan fokusnya.
Sperma
membanjiri setiap ruang kosong bawah perut Miku. Tumpah ruah sangat banyak
sampai menetes ke lantai ruangan. Mereka melenguh bersama, masih dalam posisi
wajah yang hanya berjarak beberapa inci. Kai dan Sehun sama-sama membuka indera
penglihatan mereka, memperhatikan lamat-lamat wajah Miku yang bersemu. Rambutnya
basah dan lepek. Begitupula tubuh polosnya, terutama di bagian kewanitaannya.
Kai
mencuri kesempatan untuk mencubit pelan nipple
kanan Miku, membuat wanita itu hanya mendesah kecil. Kai terkikik geli
melihatnya, sedangkan Sehun hanya menatap Kai datar.
“Ternyata
Miku sangat nikmat.” Jelas Kai sarkatis. Sehun tak mengindahkan perkataan Kai,
ia memilih untuk melirik ke arah jam yang terpasang manis di atas tembok. Jarum
panjang menujukkan pada angka 12, dan jarum pendek berada di angka 1. Permainan
ini terhitung dari pukul 10 malam. Ugh! Yang benar saja.
“Kai...”
panggil Sehun masih terengah-engah, yang seperti biasa hanya direspon oleh
sebuah deheman kecil.
“Sepertinya
kita terlalu keras kepada Miku. Itu membuatku khawatir untuk besok? Bagaimana jika
ketahuan? Kau punya rencana?” sungut Sehun cemas.
Kai
nampak berpikir dengan terus menatapi wajah yang didominasi peluh –wajah manis
Miku–. Otaknya terlalu dongkol untuk berkerja lebih keras lagi.
“Ahh~ aku
tidak bisa berpikir jernih.” Kai mendengus pasrah yang hanya ditanggapi tatapan
panik Sehun. Kai mendadak menjadi orang bodoh.
Tiba-tiba
sudut bibir Kai terangkat, menampilkan senyuman penuh arti.
“Mungkin
jika melakukan ini sekali lagi, aku akan mendapat ide.” Ujar Kai tersenyum
miring.
Miku yang
masih setengah sadar, hampir saja muntah mendengarnya. Ini adalah hari tersial
sekaligus hari paling menggairahkan dalam hidupnya.
END~
*Lap
keringet* Gimana gimana? Ini pertama kalinya Author membuat FF NC. Tadinya Cuma
iseng sekalian ngelengkapin koleksi genre Fanfic, eh gk taunya malah keterusan
ampe 21 page :3 Ada yang muntah?:v Author buatnya aja keringet dingin-_- Jangan
paksa Author buat yang kayak beginian lagi-..-
panas miin... gw ampe teriak-teriak butuh kipas karena kepanasan :3 keren thoor ......... huuffft :3
BalasHapusBehh!! Keren bngt nih^^ pdhl cuma baca doang, tp knp ikutan kepanasan :p wkwkwk
BalasHapusbukan nc 21 ini min. nc 25 XD
BalasHapusAis kai sehun klian tega bgt... kasian miku....
BalasHapusSehun oppah aku kira kau akn menolong miku tp ternyta kau juga yadong kaya kai :( keren author
sehunkuhhhh! noooo! aaaa nista sekali dirimu!!!~~
BalasHapusauthor duhh, gabisa coment duhh. gila bgt sumpah ._.
Keren!!!!! Gilaaaa ini ff udah nc terus panjang banget gilaaa!!! Ini ff yang aku cari cari!!!
BalasHapusSampe sampe kebawa suasana loh baca nih ff!!! Authorrr ahhhh!!!
BalasHapusAstaga miin bikin deg degan 😂
BalasHapusgila thor ffnya hot bangetttt, sequel dong hehe
BalasHapusKEREN author,,bru pertama buat ff nc lngsung dapat sperti ini..ckckck
BalasHapusBussseettt miinnn luarrr biasaaa..sukaa bangettt..
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuskeren
BalasHapusanjirrrrrr , keren banget thorrrrrrr , gue dapet pelajaran dari cerita ini 😏 , tapi thor gaboleh tau 😂😂😂 , hehehe , bikin lagi thorr 👍👍👍👍 , yang 4some 😂😂😂😂😂😂😂😂😆😆😆😆😆😆😆
BalasHapusHuaa kak. Omg, gila bangett gk nyangka buat cetita macam ni. Wihh idenya ngeri bener yak. Kaep jjang kak
BalasHapusKipas mana kipass ����
BalasHapusJantungku 😂😂😂 kenapa tiba tiba jadi panas di sini 😂😂. Btw ini gila kerennya, jangan 4 some thor,9 some aja 😎😂😂😂😂😂😂 #ditabok
BalasHapusWanjayyyyy mataku ternoda ���� gila banget. ngeri ngeri asyeeek �������� dari mana idenya?? nyontek dikit adegan kissingnya ya
BalasHapusSalah satu ff nc terkeren yg pernah gue baca ������
BalasHapus