Tittle : Hello, Luhan! || Cast :
Xi Luhan and other || Length : Drabble
Didedikasikan khusus untuk EXO-L, Luhan dan EXO!
---o0o---
[Luhan POV]
Aku langkahkan kakiku masuk ke sebuah kedai makanan
China di kawasan Beijing. Pandanganku menyapu bersih ke seisi kedai makanan
ini. Tubuhku yang sering lemas saat ini sudah terbalut dengan mantel hitam,
syal berwarna krim susu yang melingkar di leher, serta masker sebagai penutup
mulut.
Sudut bibirku perlahan tertarik saat menangkap siluet
jangkung yang ada di salah satu meja pelanggan, duduk seorang diri. Gaya
pakaiannya hampir sama sepertiku, seperti sedang menyamar.
Aku menghampirinya dengan sedikit berlari kecil. Ia
melepas kacamata hitam yang bertengger manis di hidungnya serta membuka masker
yang menutupi mulutnya. Ia tersenyum simpul, akupun membalasnya dengan ikut
melepas maskerku.
"Hello, Luhan!" ucapnya dengan suara
berat. Suara berat yang sudah lama tak aku dengar.
"Hello, Kris. Now, you're okay? How are
you?"
"Yeah, I'm fine." jawabnya.
Aku duduk berhadapan dengannya. Suasana canggung mulai
menelusup ke celah-celah yang memang kita buat sendiri. Aku bingung harus apa,
sungguh. Nampak ia menghela napas panjang dan mengeluarkannya lewat mulut, aku
hanya berdehem pelan.
"Bagaimana rasanya?" Kris berujar terlebih
dahulu. Mengikis atmosfer canggung yang tercipta, menjadikannya kembali hangat.
"Entahlah. Aku merasa menjadi orang jahat."
Aku menunduk menatap meja kayu berpelitur di hadapanku. Tak berani menatap
sorot mata tajamnya. Tidak! sorot matanya memang selalu seperti itu. Tidak
pernah berubah.
Kudengar ia kembali membuang napas kasar. Ia berjengit
lalu menepuk bahuku pelan beberapa kali. Aku mendongak, ia kembali ke posisinya
yang semula. Aku menatapnya intens tak berkedip.
"Tidak ada yang jahat. Mereka pasti bisa mengerti
kondisimu." Kris berucap lembut dengan senyuman. Sosok tinggi itu memang
paling bisa untuk menenangkan. Aku sangat hapal dengan sifatnya dari dulu.
Kurasakan saku mantelku bergetar. Bersumber dari
sebuah benda datar persegi panjang berwarna putih. Aku merogoh dan menatap
sekilas benda itu. Aku memejamkan mata sesaat diiringi napas pendek yang keluar
dari mulut saat membaca nama si pemanggil.
Uri Suho~
5 detik
10 detik
15 detik
"Sampai kapan kau membiarkannya?" celetuk
Kris. Aku mengalihkan pandangan dari ponsel yang masih bergetar. Menatapnya
dengan perasaan bimbang.
"Mereka pasti mengkhawatirkanmu." lanjutnya.
Aku mengulum saliva yang serasa mencekat tenggorokanku, lalu menarik napas
panjang-panjang.
Klik~
"....."
"....."
"....."
Satu menit berlalu. Masih hening. Aku maupun orang di
seberang sana masih sama-sama bungkam tak bersuara. Namun, kudengar suara
deruan napas yang tidak teratur dari sana. Ya, terdengar suara seperti orang
tengah terisak.
"Lu-ge..." Ah, aku paham suara ini.
Ya, ini adik kecilku Oh Sehun. Suaranya terdengar berat.
"Uhm, Luhan hyeong? bagaimana
keadaanmu? baik-baik saja'kan?" kali ini kudengar suara lain ikut
berbaur. Ini suara bass milik si jangkung Chanyeol. Huh, biasanya ia paling
semangat. Kenapa sekarang nada bicaranya seperti ini?
"Luhan! Luhan! ini aku! kau masih paham
suaraku bukan? kau masih ingat dengan kata-kataku bukan? Kkaebsong. Luhan?!
jawab aku!" aku sedikit memundurkan ponsel karena indera pendengaranku
sedikit berdenging, ulah seseorang yang memekik tiba-tiba dengan suara
cemprengnya. Siapa lagi kalau bukan Baekhyun. Yak! kenapa ia tidak memanggilku hyeong?
"Luhan-ge kau dengar aku. Ini aku
Kyungsoo, orang yang sering memasakan makanan untukmu. Apakah makan teratur?
apakah kau masih sering pusing? Ah, ini juga ada Lay-ge. Orang yang juga sering
memasakanmu saat kita tidak bertemu, di dorm China." Adik kecilku
bermarga Do ikut bersuara. Sifatnya masih sama. Selalu mengkhawatirkan
orang lain.
"Halo, Lu-ge. Uhm, sebelumnya aku minta
maaf, apakah kau sudah melihat Weibo? Yah, mungkin aku orang yang tidak pintar,
aku orang yang sulit untuk mengekspresikan sesuatu. Begitulah jadinya hehehe~
semoga kau sehat selalu, ge. Semoga kita bisa satu panggung lagi."
Ya, aku memahaminya Yixing. Kau memang tidak pintar, kau polos, sangat. Kau
juga sangat baik.
"Yak! Lulu, kenapa kau tega meninggalkanku.
Bagaimana jadinya aku bernyanyi tanpamu? suaraku bisa habis nanti."
suara cempreng pria lain terdengar. Chen, suaramu emasmu tidak akan pernah
hilang.
"Hyeong! kau tidak lihat! Sehun dan Tao hyeong
tengah menangis di sini! Yak! seharusnya kau... awww! sakit Tao hyeong. Awww!
baik-baik, aku tidak akan memmbocorkannya." Aku jamin saat ini Kai
tengah terkena pukulan maut Tao. Aku terkikik geli. Tapi tidak dipungkiri juga,
aku ingin menangis.
"Uhm, Luhan? aku Minseok. Ah, sudahlah. Kau
pasti tahu hehehe~ di sini berisik sekali. Anak-anak ini rela berdesak-desakan
hanya untuk menelponmu. Aish! Yak! minggir Baekhyun! ini tempatku!"
itu Xiumin-ge. Suaranya masih kuhapal.
"Uhm, Suho dimana? bukankah ini nomor Suho?"
akhirnya aku ikut bersuara. Tidak, hanya sekadar bertanya saja. Sedari tadi aku
tidak mendengar suaranya.
"Suho hyeong sedang bertemu dengan
Manager. Entahlah, mungkin tengah membicarakan sesuatu." ujar Chanyeol
dengan suara beratnya yang tak ceria.
"Kami mengambil ponselnya! Yak! awas kepalamu
Chanyeol!" Baekhyun memekik lagi. Aku sempat berpikir, bagaimana
mungkin mereka berdesak-desakan dengan seorang Baekhyun yang senang berteriak.
Semoga sehabis ini mereka semua tidak mempunyai masalah dengan pendengaran.
"Uhm, Sehun dan Tao?" celetukku.
Kudengar, mereka yang di seberang telepon langsung
hening. Lagi-lagi terdengar suara isakan kecil. Ya, pasti itu Tao dan Sehun.
Ah, maafkan hyeong.
"Sehunnie, Tao-ya? jangan menangis. Aku
baik-baik saja. Aku bahkan makan lebih teratur dan lebih banyak daripada yang
biasanya. Kalian jangan menangis lagi. Bagaimana jika ada media yang menyorot
wajah sembab kalian? pria itu harus tampil se-manly mungkin. Paham?"
hatiku teriris perlahan. Air yang mengumpul di pelupuk mataku tiba-tiba meleleh
begitu saja. Aku masih berusaha untuk menahan isakannya agar tidak terdengar.
"Lu-ge, kita bertemu lagi nanti.
Belikan aku bubble tea!" Ya, Sehun sudah mau bersuara walaupun masih
terdengar parau. Sedangkan tangisan Tao terdengar semakin menjadi-jadi.
"Hey! apa yang kau lakukan?! kenapa kalian
bergerombol seperti itu?! apa yang kalian lakukan dengan ponselku!" seseorang berteriak dengan nada membentak. Oh, pasti
anak-anak itu tengah tertangkap basah oleh si pemilik ponsel.
"Yayaya, sudah dulu hyeong! kita bisa habis, kena marah Suho hyeong! Kyaa~"
"Sampai jumpa, Lu-ge!"
"Semoga kita bertemu
lagi!"
"We Are One!"
"Yak! apa yang ingin kalian
lakukan? aku juga ingin berbicara dengan Lu..."
Pip~
Panggilan putus secara sepihak. Huh, dasar anak-anak
nakal. Berani sekali mengerjai sang leader. Pasti mereka tengah terkena
semburan dari pria kaya bermarga Kim itu. Hahaha... kau harus bersabar
menghadapi mereka semua, Suho-ya.
"Hm... kau merasa lebih baik?" seseorang
bertanya. Karena terlalu asik mendengar suara mereka tadi, aku sampai lupa jika
ada Kris di depanku.
Aku menyeka air mataku kasar. Lalu berdehem
menetralkan tenggorokanku yang tercekat. Pasti suaraku akan terdengar parau.
"Ya. Aku merasa lebih baik." aku menjawab
dengan seulum senyuman miris. Menatap Kris dalam-dalam.
"Kita bagaikan 12 krayon. Tidak ada yang menarik
jika kita mewakili satu warna. Tapi jika kita digabungkan, kita bisa membuat
pelangi yang begitu berwarna." Kris mengulum tersenyum sesduahnya. Aku
membalasnya.
"Kau ingin pesan apa? aku yang teraktir."
lanjut Kris.
FIN~
Uhm, gimana? maaf jika ada typo karna Author cuma
bikin sekitar 2 jam-an, jadi gak sempet ngecek lagi. Sebelumnya Author juga
ikut bersedih karna keluarnya Luhan dari EXO, tapi sebagai fans kita harus
selalu mendukung jalan yang dia pilih. EXO, We Are One!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar